Kamis, 02 Mei 2013

Projek Final Komputer


1 Budaya Indonesia  

Kabupaten Karo(Berastagi) adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sumatera Utara,Indonesiaibu kota kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut, Tanah Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17° C.
Di dataran tinggi Karo ini bisa ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berciri khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak yang masih aktif dan berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti kata Sibayak adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang suku Karo.
Sejarah
Kerajaan Karo
Kabupaten Karo merupakan daerah yang memiliki keindahan alam yang cukup eksotik serta kebudayaan dan adat istiadat yang unik. Sebagai daerah wisata, Karo memiliki nilai tersendiri di hati para pengunjungnya.

Salah satu daerah tujuan wisata  yang sudah cukup dikenal di Indonesia, bahkan ke luar negeri adalah Kota Berastagi. Selain udaranya yang sejuk, juga didukung pemandangan alam yang menarik. Kelebihan lainnya, Berastagi dan daerah sekitarnya merupakan sentra produk buah dan sayur-sayuran serta tersedianya pemandian air panas alami. Para pengunjung bisa langsung turun ke ladang petani untuk memetik sayur dan buah yang diinginkannya. Kita juga bisa menatap keindahan alam kota Berastagi dan desa sekitarnya dan puncak Gunung Sibayak dari Bukit Gundaling. Gunung Merapi Sibayak juga menjadi salah satu objek wisata bagi mereka yang hobi mendaki gunung.

Kota Berastagi pernah mengalami masa jayanya. Pemerintah cukup aktif menggelar berbagai kegiatan, untuk menarik wisatawan di antaranya Pesta Buah dan Bunga dan Mejuah-juah yang rutin dilakukan setiap tahun. Ketika itu, hampir setiap hari, ratusan pengunjung berlalu-lalang di kota itu yang secara tak langsung mendongkrak perekonomian masyarakat setempat. Bukan hal yang sulit untuk menjumpai wisatawan manca negara. Tingkat hunian hotel dan penginapan cukup tinggi.

Namun seiring dengan perjalanan waktu, semangat untuk menyemarakkan Berastagi sebagai Daerah Tempat Wisata perlahan redup. Masyarakat juga seakan kehilangan gairah. Lingkungannya juga terlihat kurang terawat, seakan kehilangan marwah, lalulintas semrawut. Pajak tradisional kurang dikelola dengan baik, sehingga wisatawan tidak merasa nyaman berbelanja. Bule-bule berkeliaran juga semakin langka terlihat. Dan tidak sedikit penginapan yang gulung tikar. Pendaki-pendaki gunung hanya wisatawan lokal, itu pun akan ramai ketika akhir pekan atau musim libur tiba.

Sekarang ini, kita akan sulit melihat atraksi budaya setempat, Pesta Bunga dan Buah juga tidak lagi rutin dilaksanakan. Kalaupun dilakukan, pengunjung tidak seperti yang diharapkan. Itu merupakan akibat kurangnya promosi pariwisata dan budaya Karo ke dunia luar.

Fasilitas yang dulu dibangun pemerintah untuk mendukung Berastagi sebagai kota wisata, kini banyak yang terlantar. Salah satu contoh adalah open stage. Dulu, hampir setiap akhir pekan, bahkan hari-hari biasa, tempat tersebut selalu ramai dikunjungi masyarakat karena ada pagelaran atraksi budaya Karo atau hiburan lainnya. Sekarang, open stage terlihat kumuh tidak terawat dan jarang dipergunakan. Atraksi budaya Karo sangat sulit didapatkan.

Bukit Gundaling yang memiliki kekhasan tersendiri juga mulai terlupakan pengunjung dan terlihat semakin kumuh dan gersang. Infrastruktur jalan yang tidak memadai serta kebersihan lingkungan yang terabaikan, mungkin salah satu penyebab Gundaling dilupakan.

Sedangkan untuk agrowisata, juga terkesan semakin sulit dikembangkan karena lahan pertanian semakin sempit akibat pengalihan fungsi menjadi perumahan. Di sisi lain, jalur alternatif tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Penulis berpendapat, sekarang ini sepertinya pemerintah dan masyarakat Berastagi hanya pasrah kepada keadaan alam saja. Keadaan masyarakat saat ini semakin sulit oleh himpitan ekonomi.

Padahal, diyakini, bila potensi alam Berastagi terus dikembangkan, bukan tidak mungkin Berastagi akan menjadi daerah tujuan wisata utama di Indonesia, yang selalu akan dikenang pengunjungnya dan secara tak langsung mereka juga akan mempromosikannya kepada keluarga dan teman-temannya. Bukit-bukit yang ada dikelola dengan apik, hutannya dijaga hingga wisatawan yang berkunjung bisa betah dengan kesejukan dan keindahan alamnya.

Untuk itu, sangat wajar bila pemerintah dan masyarakat kembali bersama-sama menggali potensi wisata dan budaya kota Berastagi. Atau bila memungkinkan dibentuk suatu lembaga yang khusus mengelola dunia wisata Karo. Warga Karo harus tingkatkan kepeduliannya, ramah kepada pengunjung dan menjaga lingkungan sekitar, agar Karo khususnya Kota Berastagi sebagai daerah wisata kembali berjaya.

Dalam hal ini, marilah kita turut serta dalam mengembalikan citra Berastagi yang nyaris terlupakan sebagai DTW dan sebagai kota budaya di Sumut. Kabupaten Karo bukan hanya terkenal karena pertaniannya saja, tetapi juga wisata, adat dan budayanya.
Kabupaten Karo saat ini dulu merupakan bagian dari Kerajaan Aru.
Selanjutnya juga pernah ada 5 kebayakan (kerajaan) di Tanah Karo:
1.   Kerajaan Sibayak Lingga (asal mula Marga Karo-Karo Sinulingga)
2.   Kerajaan Sibayak Sarinembah (asal mula Marga Sembiring Meliala)
3.   Kerajaan Sibayak Suka (asal mula Marga Ginting Suka)
4.   Kerajaan Sibayak Barusjahe (asal mula Karo-KaroBarus)
5.   Kerajaan Sibayak Kutabuluh (asal mula Marga Perangin-angin)
6.   Kerajaan Sukapiring Seberaja (asal mula marga Karo Sekali)
Kota Berastagi  terkenal dengan berbagai ragam tanaman hiasnya dan beberapa festival rutin yang digelar setiap tahunnya, seperti pesta bunga dan buah serta festival kebudayaan. Seperti halnya event festival bunga tahunan di Kota Tomohon Sulawesi Utara, Berastagi pun memiliki perhelatan yang diselenggarakan setiap tahunnya, yakni Pesta Bunga dan Buah. Kemudian, ada pula Pesta Mejuah-juah yang merupakan festival kebudayaan tradisional tahunan. Acara semacam upacara adat ini dilaksanakan sebagai ajang berkumpulnya kembali Orang Karo dari perantuan untuk menjalin silaturahmi dengan para kerabat yang ditinggalkan (www.karokab.go.id). Selebihnya, Pesta Mejuah-juah berfungsi untuk mengingatkan kembali bahwa masyarakat Karo memiliki tradisi merantau sejak dahulu. Hal-hal itulah yang membuat potensi wisata Kota Berastagi kaya.

 Kepala Pemerintahan
Tercapainya kondisi pemerintahan yang aman, stabil dan terkendali, tidak terlepas dari berbagai usaha pembinaan yang ditempuh pemerintahan Kabupaten Karo bersama instansi terkait termasuk peran Kepala Daerah kepada masyarakatnya.
-       Bupati : Kena Ukur Karo Jambi Surbakti; 2010 – Sekarang
-       Gubernur : Gatot dan Tengku Erry  

Geografis
Secara geografis, Kabupaten Karo terletak pada koordinat 02° 50' sampai 03° 19' Lintang utara dan 97° 55' sampai 98° 38' Bujur timur.

  Obyek Wisata
·         Gunung Sinabung
·         Gunung Sibayak
·         Danau Lau Kawar
·         Air Panas Lau Debuk-debuk
·         Bukit Gundaling
·         Air Terjun Sikulikap
·         Air Terjun Sipiso-piso
·         Air Terjun Tongging
·         Putri Hijau

Makanan Khas Daerah
Makanan khas adalah Babi Panggang Karo dan ikan mas . Selain itu Berastagi juga terkenal akan buah-buahan dan sayurannya yang segar .

Pengalaman Berkunjung
Saat saya pergi ke Berastagi,saya memilih untuk singgah ke Bukit Gundaling,karena disitu udaranya lebih segar. Saya suka ke Berastagi karena selain pemandangannya indah juga banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi,apalagi disana juga terdapat pasar buah dan taman bermain. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar